Menjual sarung BHS terlengkap dan terlaris
Sarung BHS Official Kab. Gresik | Buka 00:00 - 03:00 WIB
Lembaga Sosial & Da'wah Islam
"YAYASAN AL-KAUTSAR"
Jakarta - Indonesia LEMBAGA SOSIAL DAN DA'WAH ISLAM
"YAYASAN ALKAUTSAR"
Sekretariat: Jln. H. Al”Ashr :1-3). B.
Daimun RT.001 RW.09 No.10
Kel. Sunter Jaya, Kec. Tanjung Priok, Jakarta Utara
Kode Pos: 14350 Jakarta - Indonesia
Telepon: +6281219941972, +6281932037472, +628388841949
E-Mail: [email protected]
A. LATAR BELAKANG
1. Landasan Ilmiah
Ajaran Islam (Diin Al Islaam) mengandung berbagai aspek, seperti aspek teologi, aspek ibadat, aspek filsafat, aspek sejarah, aspek kebudayaan, aspek p
Operating as usual
Menjual sarung BHS terlengkap dan terlaris
Sarung BHS Official Kab. Gresik | Buka 00:00 - 03:00 WIB
Murnikan Kalimat:
لا اله الا الله
Dirimu !!!
Cara Menghindarkan Diri Dari Istidraj
Cara menghindari istidraj adalah dengan melakukan hal-hal berikut:
1. Selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan-Nya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
2. Selalu beribadah dan menjalankan perintah dan larangan Allah SWT dengan ikhlas dan konsisten.
3. Selalu bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
4. Selalu memperbaiki diri dan meninggalkan maksiat dan keburukan.
5. Selalu berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syaitan dan tipu daya istidraj.
6. Selalu mengingat mati dan akhirat serta mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah mati.
7. Selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi sesama manusia dan makhluk lainnya.
8. Selalu bersikap rendah hati dan tidak sombong atau ujub, dan riya' atas nikmat yang diperoleh.
9. Selalu mencari ilmu dan menambah wawasan tentang agama Islam.
Selalu bergaul dengan orang-orang yang shalih dan shalihah yang dapat memberikan nasehat dan motivasi.
Semoga Allah melindungi dan menjaga serta menjauhkan kita dan seluruh ahli keluarga kita dari keburukan istidraj di dalam hidup dan kehidupan, aamiin
MEMAHAMI HAKIKAT SYUKUR YANG DIAJARKAN RASULULLAH
Sebagai umat muslim, sehari semalam kita diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu; Shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’. Dalam pelaksanaannya, lima waktu shalat tersebut memiliki rukun yang harus dikerjakan demi menggapai keabsahannya. Salah satu dari rukun yang akan kita bahas pada edisi kali ini adalah membaca surah Al-fatihah.
Kita tidak membahas satu-persatu dari tujuh ayat secara keseluruhan. Namun hanya ingin membahas tentang ayat yang berbunyi:
الحمد لله رب العالمين
Jika mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa basmalah termasuk bagian dari surah Al-fatihah, maka ayat di atas termasuk ayat kedua.Namun jika mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa basmalah tidak termasuk ayat dari surah Al-fatihah, maka ayat di atas terhitung ayat pertama.
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam. Begitulah arti dari ayat tersebut. Dengan melihat makna yang terkandung di dalamnya, maka akan kita dapati tentang pujian seorang hamba kepada sang maha pencipta, yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Segala puji. Ya, tidak ada yang pantas dipuji kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Jadi seorang hamba Allah yang melakukan shalat lima waktu, telah mengulangi bacaan ayat di atas sebanyak 17 Kali. Dengan demikian, seseorang yang shalat telah mengungkapkan rasa syukur kepada Allah dengan dua komponen didalam tubuh. Yaitu bersyukur dengan (lisan) ungkapan Alhamdulillah dan dengan tindakan yakni pelaksanaan shalatnya tersebut.
Di dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 7, Allah berfirman :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
Artinya, “Sungguh, jika kalian bersyukur, niscaya Kutambahkan nikmat kalian,”
Syukur merupakan tanda terima kasih kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan Allah telah menjanjikan bahwa orang yang pandai bersyukur akan ditambah kenikmatannya. Dan syukur yang banyak kita temui adalah ungkapan Alhamdulillah saja tanpa menghiraukan kewajiban shalatnya. Apakah orang yang demikian bisa dikatakan telah bersyukur? Jawabannya; tidak!
Karena kata para ulama’ cara bersyukur meliputi tiga komponen, yaitu dengan lisan, hati, dan badan. Bersyukur dengan lisan adalah mengungkapkan pujian kepada Allah. Seperti ungkapan ayat kedua di dalam surah Alfatihah di atas.
Kedua, komponen untuk mewujudkan rasa syukur adalah Hati. Dengan memantapkan hati bahwa segala kenikmatan yang telah diperoleh; sehat, rezeki, kesuksesan, bahkan sakit sekalipun merupakan nikmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seyogyanya, dalam mengucapkan Alhamdulillah juga dibarengi dengan pengakuan di dalam hati bahwa kenikmatan tersebut dari Allah. Bukan dari kita sendiri. Lahaula walaquata Illa billah (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).
Karena tak jarang seseorang yang telah sukses merasa kesuksesan yang diraih merupakan jerih payahnya, tanpa disandarkan kepada sang Maha Kuasa; Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Memang dilisannya mengucapkan Alhamdulillah, namun di dalam hatinya tak sedikitpun mengingat Allah.
Dan komponen yang ketiga adalah badan atau tubuh kita. Pembuktian bahwa kita bersyukur atau berterima kasih atas segala nikmat Allah adalah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Khususnya adalah shalat. Tidak cukup dengan syukur bil-lisan dan bil-qolbi saja. Namun juga dieskspresikan dengan melaksanakan penghambaan kita kepada Allah yaitu shalat.
Al-Qusyairi dalam kitab Ar-risalatul Qusyairiyah menyebutkan tentang hakikat syukur;
حقيقة الشكر عند أهل التحقيق الإعتراف بنعمة المنعم على وجه الخضوع
“Hakikat syukur menurut ahli hikmah adalah pengakuan atas nikmat Allah; dzat pemberi nikmat dengan jalan ketundukan”.
Ya, ketundukan. Shalat adalah bukti bahwa kita hamba. Seorang hamba harus tunduk kepada Sang Maha Raja; Allah SWT. Di dalam hadist riwayat Sayyidah Aisyah disebutkan bahwa suatu ketika Atha’ dan Ubaid bin Umair menemui Sayyidah Aisyah.
“Kabarkan kepada kami, perbuatan Rasulullah yang bagaimana hingga membuatnu heran?”, Kata Atha’. Mendengar pertanyaan tersebut tiba-tiba Sayyidah Aisyah menangis dan kemudian bercerita.
Suatu malam Rasulullah mendatanginya dan berbaring di kasur hingga kulit keduanya saling bersentuhan. Tak lama kemudian, tiba-tiba Rasulullah bangun dan berkata;
Wahai putri Abu Bakar, biarkan aku beribadah kepada Allah malam ini,” katanya. “Aku senang dekat dengamu, wahai Rasulullah,” jawab Aisyah. Kemudian Rasulullah mendekati kirbat (tempat air) yang berisi air dan berwudhu. Pada kesempatan ini Rasulullah menuang banyak air untuk wudhunya. Aisyah pun merelakan suaminya beribadah menghidupkan malam.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mulai melakukan shalat. Ia menangis. Air matanya mengalir hingga membasahi dadanya. Ia turun untuk rukuk. Pada rukuk ini ia juga menangis. Kemudian i’tidal dan sujud. Ia juga sujud dalam keadaan menangis. Kemudian bangun dari sujud ia juga menangis.
Rasulullah saw terus melakukan shalat dengan menangis sepanjang malam sampai sahabat Bilal r.a. datang untuk mengabarkannya adzan Shubuh. Karena khawatir, Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang apa yang terjadi hingga membuatnya menangis. “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosamu yang dahulu dan kemudian,” tanya Aisyah ra. “Tidakkah sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur?, jawab Rasulullah. Dari cerita di atas dapat kita jadikan semangat dalam menjaga shalat sebagai rasa syukur kepada Allah atas segala nikmatnya.
Salah memahami nikmat Allah
Oleh masyarakat khususnya orang awam, nikmat Allah identik dengan harta melimpah. Kekayaan dijadikan barometer telah memperoleh nikmat. Hingga ketika masa sulit ekonomi, seakan tak mendapatkan nikmat dari Allah. Satu kesalahan pola pikir yang sering kita dengar atau bahkan kita rasakan. Padahal nikmat Allah sangat luas sekali. Dan yang berupa harta tersebut adalah sebagian kecil dari kenikmatan-kenikmatan yang jauh lebih besar.
Dan jika hidup kita selalu dibanding-bandingkan dengan orang lain, maka tidak akan pernah bersyukur dengan pemberian Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dikatakan bahwa untuk melatih rasa syukur adalah dengan cara melihat orang yang dalam segi ekonomi berada di bawah kita. Melihat bukan untuk direndahkan, tapi untuk menjadi dorongan di dalam hati agar supaya timbul rasa syukur. Sedangkan dalam urusan ibadah (ukhrowi), kita dianjurkan melihat orang yang lebih rajin dan Istiqomah dari kita. Dengan begitu semangat ibadah akan semakin kuat. Jangan terbalik! Karena jika terbalik maka akan timbul perasaan; Aku harus lebih kaya dari dia (duniawi). Sedangkan ukhrowi; tidak mengapa shalatku bolong-bolong, dari pada si Fulan tidak shalat sama sekali. Wallahu A’lam
Hikmat di dalam sujud
SABAR itu adalah ILMU TINGKAT TINGGI
Karena...
BELAJARNYA seumur hidup,
BERLATIHNYA setiap hari,
dan
UJIANNYA juga sering kali mendadak !!!
💞 EMBUN PAGI 💞
Ketika kamu tidak mengerti apa yang sedang terjadi dalam hidupmu, tutup saja matamu, dan tarik napas dalam-dalam dan katakan, "Ya Allah, aku tahu ini adalah rencana-Mu, maka bantu kami untuk melalui semuanya."
Tetap Semangat,
Jaga Kesehatan,
Jadikan hari ini penuh berkah dgn tetap tersenyum penuh syukur.
_*Jika kamu ingin bersinar selayaknya mentari, maka kamu harus berani dan siap untuk terbakar lebih dahulu*_
_*Jika kamu ingin berkilau selayaknya intan, maka kamu harus siap dan kuat untuk menerima tekanan seberat-beratnya dan tidak boleh meleleh dalam kondisi sepanas apapun.*_
_*Jika kamu ingin berharga selayaknya mutiara, maka kamu harus kuat dan ridha ditenggelamkan sedalam-dalamnya dan tidak pernah dipandang apapun.*_
ghayb, Jum'at 23 Desember 2022, 13:13 WIB
Jejak Empati Orang-Orang Shalih
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِهِمْ وَ تَرَا حُمِهِمْ وَ تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّعَمِرِ وَ الحُمَّى
_“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta, kasih sayang, dan kelembutan mereka layaknya tubuh. Bila satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya turut merasakan susah tidur dan demam.” (HR. Muslim)_
Berempatilah pada orang lain dalam kebajikan dan amal shalih merupakan jalannya orang-orang shalih. Bahkan, indikasi kebenaran iman sebagai perwujudan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat jamal-Nya, serta mengikuti jejak Rasul-Nya.
Orang yang mudah berempati serta memiliki sifat empati yang tinggi akan disukai orang lain. Dia peka pada keadaan atau penderitaan orang lain yang direfleksikan dengan ucapan, perbuatan, ataupun doa. Hal itu merupakan karakter orang yang hatinya diberi kelembutan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sikap empati perlu diasah agar hati menjadi lembut dan seakan-akan turut merasakan dan berusaha meringankan musibah dan kesedihan orang lain.
Para salaf dahulu saling berlomba-lomba melakukan kebaikan terhadap sesamanya yang sedang tertimpa musibah dan kesusahan karena mereka memahami di dalamnya ada banyak keberkahan, pahala, dan kebaikan yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berempati merupakan ibadah yang lebih didominasi oleh akhlaqul kariimah, kecintaan kepada Allah dan Rasulullah s.a.w, kemudian keselamatan dan kebahagiaan di akhirat kelak
Ibnul Qayyim dalam al-Fawa`id berkata, “Turut perhatikan penderitaan kaum muslimin dan berempati pada mereka bisa diwujudkan dengan beragam cara, seperti dengan harta, kehormatan, fisik dan bantuan tenaga, nasehat dan petunjuk, kata-kata yang baik, doa dan istighfar, serta ikut merasakan duka cita mereka.
Tingkat empati ini sesuai dengan taraf keimanan. Bila iman lemah, maka empatipun juga lemah. Sebaliknya, bila iman kuat maka empati juga kuat.
Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia paling berempati kepada sahabat-sahabat beliau melalui semua bentuk tersebut di atas. Dan untuk para pengikut beliau, tingkat empatinya sesuai dengan sejauh mana kesetiaan mereka mengikuti rasulullah s.a.w.”
Berempati pada orang lain adalah sebuah nikmat karena diberi taufik Allah untuk mengikuti jejak sabiquna fil khairat (orang-orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan).
Ukhuwah imaniyah menjadi lebih kuat dan ia akan merasakan kebahagiaan tersendiri ketika bisa memberikan atau meringankan apa yang dibutuhkan orang lain yang sedang mengalami musibah dan kesulitan.
Berhias dengan empati adalah wujud kepekaan hati seorang mukmin yang akan mendatangkan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan di mata orang lain ia akan mampu menarik empati ketika semua itu dilandasi sifat ikhlas.
Dengan akhir kata, empati kita terhadap orang lain adalah tanda sifat kesempurnaan dari IMAN dan ISLAM kita menuju IHSAN.
Wallaahu a'lam bi muroodih.
"YAKINLAH"
Sesungguhnya nabi Musa A.S tidak pernah mengetahui sebelumnya jika tongkat di tangannya akan menjadi seekor ular besar yg kemudian memakan ular-ular sihir para penyihir fir'aun.
Begitu p**a Nabi Musa A.S pun tidak pernah mengetahui sebelumnya bila tongkatnya tersebut dipukulkan pada lautan maka air laut yang menghalanginya akan terbelah membukakan jalan bagi dirinya dan kaumnya yang beriman untuk menyelamatkan diri dari kejaran fir'aun dan bala tentaranya.
Bahkan nabi Musa A.S pun tidak mengetahui bahwa laut yang terbelah untuk menyelamatkan dirinya dan kaumnya tersebut juga lah yang kemudian membinasakan fir'aun dan bala tentaranya.
Dalam ketiga kejadian tersebut nabi Musa A.S tidak mengetahui apapun sebelumnya, yang beliau ketahui hanyalah, "BAHWA ALLAH TA'ALA PASTI AKAN MENOLONG DIRINYA DAN KAUMNYA YANG BERIMAN"
Maka demikian p**a dengan kondisimu dan hatimu saat ini wahai diri yang sedang menghadapi ujian petaka hidup, "TETAPLAH BERJALAN SEBISAMU DAN YAKIN BAHWA ALLAH PASTI AKAN MENOLONGMU BAHKAN TERKADANG PERTOLONGANNYA TANPA PERLU KAMU PIKIRKAN BAGAIMANA CARANYA"
Tanwiirul Quluub
Ahad 13 November 2022
Pukul 15.24 WIB
Seseorang yang penuh kebodohan dan lumuran dosa,
(Ahmad Zainuddin)
Cahaya tak akan pernah membiarkan kegelapan menampakkan diri. Sementara mata air terus mengalir tanpa henti untuk menjaga kejernihan tempatnya dari setiap butir debu yang mencoba mengeruhkannya.
Monday | 09:00 - 15:00 |
Tuesday | 09:00 - 15:00 |
Wednesday | 09:00 - 15:00 |
Thursday | 09:00 - 15:00 |
Friday | 09:00 - 15:00 |
Saturday | 09:00 - 14:00 |
MTs Negeri 6 Condet berdiri sejak tahun 1983,VIsi : Tercapainya Madrasah Tsanawiyah Negeri 6 Jakarta sebagai Madrasah yang Unggul dalam Iman, Ilmu dan Amal
DAURAH TAHFIDZ AL-QUR’AN DAN BAHASA ARAB Yayasan Bina Cipta Insani Jl. Sekda Saefullah (Sungai Kendal), 003/008, Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara 14140
Lembaga pendidikan agama
semoga dengan adanya fanspage ini menjadi tambahnya iman kita,karena lewat siapa lagi kita mengenal nabi muhammad kalau bukan lewat ulama dan tentunya dengan ridho Alloh subhanahuwata'ala
MARI PERBANYAK SHOLAWAT KEPADA RASULULLAH SHALALLAHU ALAIHI WA SALLAM
ᴀᴄᴄᴏᴜɴᴛ ɪɴɪ ʜᴀɴʏᴀ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴘᴇɴᴛɪɴɢᴀɴ ᴍᴀᴊᴇʟɪꜱ
PONPES SYABUL HUDA AL-BANTANI
Mari kita dengarkan Video Buya Syakur Yasin tentang beragama.
Program �Tahfidzul Qur'an �Penanaman akidah dan akhlak qur'ani �Pembelajaran adab berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah �Pembudayaan dzikir dan doa sehari-hari �Penanaman sifat saling menghormati �Materi persiapan masuk SD