Meme Dakwah Nusantara

Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan pelajaran yang baik

Operating as usual

20/11/2023

Islam Melarang Umatnya Mencaci Maki dan Memfitnah di Media Sosial

Perkembangan teknologi informasi membawa kita pada peradaban media sosial yang kini begitu digandrungi masyarakat Indonesia, khususnya pelajar. Para pelajar dan pemuda merupakan elemen masyarakat yang paling banyak menggunakan media sosial, baik Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain. Konten-konten atau isi yang beredar di media sosial baik berupa berita, foto, dan status tidak ada yang mampu menyaring selain diri kita sendiri.
Penyaringan ini dilakukan karena isi unggahan di media sosial tidak semuanya positif, bahkan mempunyai kecenderungan negatif dengan melimpahnya berita dan foto-foto palsu atau hoaks. Bahkan, caci maki dan fitnah dari satu orang ke orang lain merupakan pemandangan sehari-hari yang kita temui di media sosial. Padahal, secara tegas Islam sendiri melarang kepada umatnya untuk melakukan caci maki dan fitnah.
Sikap santun dalam berdialog, lemah lembut dalam berbicara, halus dalam penyampaian pesan, merupakan jalan tengah yang membuat orang lain simpati apalagi kita sebagai seorang pelajar yang tentu memiliki predikat sebagai orang terpelajar. Karena hati yang bercerai berai dan pendapat yang berbeda dapat terangkul dengan harmonis walaupun beda keyakinan, dan lain-lain.
Allah –Subhanahu wa Ta’ala– berpesan kepada Nabi Musa dan Harun –’alaihimassalam:

فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى [ طه/ 44]

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia menjadi sadar atau takut.” (QS. Thaha: 44)
Ibnu Katsir rahimahullah ketika mengomentari ayat ini berkata, ada pelajaran sangat berharga yang dapat dipetik dari ayat di atas, yaitu bahwa Fir’aun yang terkenal keangkuhan dan arogansinya, sementara Musa alaihissalam sebaik-baik manusia pilihan Allah saat itu, namun demikian Allah memerintahkannya untuk tidak berbicara dengan Fir’aun kecuali dengan perkataan yang santun dan lemah lembut.
Kata-kata cacian hanya mengundang malapetaka, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Cacian tidak akan menghadirkan kembali orang yang kabur dan tidak akan membuat simpati orang yang berkepala batu, justru hanya menanamkan rasa dendam di hati dan membuat orang yang berseberangan semakin nekat dan keras kepala. Bahkan, sudah banyak orang yang berurusan dengan polisi akibat memfitnah dan mencaci maki orang lain di media sosial.
Bila menghujani orang yang tidak sependapat dengan makian, kecaman dan kutukan, maka hal itu akan semakin memperkeruh persoalan dan memperparah penyakit. Oleh karena itu, bila menyampaikan nasihat, hendaknya dengan cara yang tidak membuat orang lain kabur, dan bila berdebat, berdebat dengan cara yang santun tanpa merendahkan lawan bicara.
Orang yang rendah moralnya, kotor tutur katanya, s**a merendahkan martabat sesama, pengumpat orang lain, pelontar tuduhan terhadap orang tak berdosa, s**a menyerang orang-orang yang baik, pengecam dan pengutuk, semua ucapannya hanya umpatan dan cacian, sungguh ia tidak pantas disebut sebagai Muslim yang bijak karena Rasulullah SAW sendiri selalu memberikan teladan terbaik bagi umatnya.
Begitu terjadi peristiwa di tengah masyarakat, langsung mereka tangkap intensitas beritanya -entah tempat kejadian peristiwa itu dekat atau jauh-, mereka segera meluncur ke jaringan internet untuk menjadikan peristiwa itu sebagai alasan pelampiasan cacian dan umpatan. Baca juga: Nabi Muhammad Mendoakan Orang Yahudi
Mereka bergegas mencari situs-situs media sosial; maka dari kalangan mereka muncul-lah penuduh, pengecam, pencaci, pengutuk dan pengumpat kecuali orang-orang yang diselamatkan oleh Allah, namun sayangnya amat sedikit golongan ini.

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

“Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji, dan bukan p**a orang yang kotor omongannya”.
Manusia yang s**a mencela, mengutuk, mengejek dan berkata keji, bukanlah tipe manusia beriman. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bukanlah pencela, pengecam dan pengutuk. Sabda beliau:

إنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً

“Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, tetapi aku diutus hanyalah sebagai rahmat.”
Beliau pun bersabda:

سِبَابُ المسْلِمِ فُسُوْقٌ

“Mencaci maki seorang Muslim adalah suatu kefasikan”. Baca juga: Pengertian Ihsan dalam Islam

Dalam riwayat lain disebutkan:

اَلْمُسْتَبَّانِ شَيْطَانَانِ يَتَهَاتَرَانِ وَيَتَكَاذَبَانِ

“Dua orang yang saling memaki adalah seperti dua setan yang saling menjatuhkan dan mendustakan lawannya”.

قَالَ جَابرٌ بن سليْم رَضيَ اللهُ عَنْه : قُلْتُ: اعْهَدْ إِلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: «لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا» قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا، وَلَا عَبْدًا، وَلَا بَعِيرًا، وَلَا شَاةً، رواه أبو داود

Jabir Bin Salim –radhiyallahu ‘anhu– bercerita, “Aku berkata, “Buatlah ikatan perjanjian denganku Ya Rasulallah!” beliau lalu menjawab, “Janganlah sekali-kali engkau memaki orang lain”. Kata Jabir, “Sejak itulah aku tidak pernah memaki seorang pun, baik ia berstatus orang merdeka atau hamba sahaya, termasuk tidak memaki unta dan kambing”. (HR Abu Dawud).

Sumber : https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/islam-melarang-umatnya-mencaci-maki-dan-memfitnah-di-media-sosial-P0QMp

19/11/2023

Adab Suami terhadap Istri

Suami dan istri adalah dua insan yang saling mengikatkan diri. Ada hak dan kewajiban bagi mereka termasuk yang berkaitan dengan adab. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442) menjelaskan tentang adab seorang suami terhadap istri sebagai berikut:

آداب الرجل مع زوجته: حسن العشرة، ولطافة الكلمة، وإظهار المودة، والبسط في الخلوة، والتغافل عن الزلة وإقالة العثرة، وصيانة عرضها، وقلة مجادلتها، وبذل المؤونة بلا بخل لها، وإكرام أهلها، ودوام الوعد الجميل، وشدة الغيرة عليها

Artinya: Adab suami terhadap Istri, yakni:
berinteraksi dengan baik, bertutur kata yang lembut, menunjukkan cinta kasih, bersikap lapang ketika sendiri, tidak terlalu sering mempersoalkan kesalahan, memaafkan jika istri berbuat salah, menjaga harta istri, tidak banyak mendebat, mengeluarkan biaya untuk kebutuhan istri secara tidak bakhil, memuliakan keluarga istri, senantiasa memberi janji yang baik, dan selalu bersemangat terhadap istri.

kedua belas adab suami terhadap istri sebagaimana nasihat Imam Al-Ghazali. Nasihat ini sekaligus menepis anggapan bahwa seorang suami boleh berbuat ses**a hati kepada istrinya. Tentu saja hal ini tidak benar sama sekali karena Islam sangat menekankan sikap adil. Jangankan kepada istri yang kita cintai, kepada pihak lain yang mungkin kita tidak s**a, kita tetap dituntut bersikap adil.

Sumber : https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/dua-belas-adab-suami-terhadap-istri-vwWGr

17/11/2023

Saudara itu bukan kah saling menolong ?

Saling menolong tidak membatasi dari ras,kepercayaan dan semacamnya. Jika memang butuh pertolongan maka harus ditolong, terkecuali dalam hal maksiat. Terutama yang seagama, seharusnya tidak ada keraguan dalam membantu saudara seiman, sebagai bentuk takwa dan cinta kepada Allah dan Rasulnya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «لاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَتَنَاجَشُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً. المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَايَحْقِرُهُ. التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِىءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ المُسْلِمَ. كُلُّ المُسْلِمِ عَلَى المُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya. Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’” (HR. Muslim) [HR. Muslim no. 2564]

17/11/2023

Tolong menolong tidak membuat mu rugi

Akhir-akhir ini banyak upaya pembenci Islam untuk meruntuhkan kecintaan tiap muslim pada saudara-saudaranya. Dengan menyebarkan penjelasan dan gambar-gambar yang tidak masuk akal serta menjadikan Palestina sebagai penjahat dalam konflik ini.

Seperti contohnya upaya pemboikotan yang sudah difatwa kan oleh MUI "untuk orang Islam" sebagai bentuk perjuangan menegur pihak zionis untuk berhenti melakukan pembantaian di negri Syam. Meskipun begitu tentu akan ada pihak yang memperkeruh keadaan ,seperti mengajak ummat Islam agar tidak terlalu berlebihan atau dengan kata kata "disini aja masih banyak yang susah" dan semacamnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ‏

Sungguh mukmin yang satu dengan mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain (HR. Bukhari no. 481)

Menjadi suatu hal yang wajar jika ada pergerakan oleh seorang saudara untuk menolong saudaranya. Meskipun upaya tersebut kecil ,setidak nya dapat menjadi hujjah di akhirat kelak. Tetapi penting untuk diperhatikan agar selalu membuat strategi yang lebih signifikan dalam menghentikan konflik ini ,semisal meningkatkan kualitas diri agar mampu berpengaruh bagi dunia sehingga dapat menggerakkan dalam upaya menghentikan kedzaliman yang terjadi di negri Syam. Wallahu a'lam.

-K1

23/10/2023

Tiga Model Orang Beribadah

Sesungguhnya tidaklah diciptakan manusia dan jin kecuali agar beribadah kepada Allah SWT. Dari situlah dapat diketahui siapa di antara mereka yang bertakwa dan siapa yang ingkar kepada-Nya.

Ada tiga model manusia dalam beribadah kepada Allah SWT (1) beribadah karena takut akan siksa neraka, (2) beribadah karena ingin dimas**an ke dalam surga, dan (3) beribadah hanya semata mengharap ridha Allah.

Agar engkau fokus dalam beribadah dengan niat mengharap ridho Allah SWT, pusatkan pikiranmu seakan engkau melihat Allah SWT, dan kalau itu tidak bisa engkau lakukan, maka pusatkan pikiranmu bahwa sesungguhnya Allah melihat dirimu.

Hadits nabi:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

Artinya:
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu. (HR Bukhari)

Sumber : H Ahmad Niam Syukri Masruri, Senin 23 Oktober Nu Online : https://www.google.com/amp/s/jateng.nu.or.id/amp/taushiyah/tiga-model-orang-beribadah-FjV8E

23/10/2023

Bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah itu penting.

Gratitude, syukur, atau berterima kasih adalah perasaan penghargaan oleh penerima kebaikan orang lain. Kebaikan ini bisa berupa hadiah, bantuan, bantuan, atau bentuk kemurahan hati lainnya kepada orang lain. Kata itu berasal dari kata Latin gratus, yang berarti "menyenangkan" atau "bersyukur".

Dalam islam bersyukur merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh setiap hamba kepada tuhannya. Baik dari nikmat kesehatan, rezeki, kelapangan waktu dan masih banyak lagi, sebagai muslim yang baik tentu bersyukur menjadi rutinitas utama yang selalu di lakukan. Sebagai perwujudan rasa syukur itu, seorang hamba melakukan praktik ibadah kepada tuhannya berkat nikmat yang sangat banyak di berikan padanya. Dalam Al-Qur’an ditegaskan:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ. (النحل: 18)

Artinya, “Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surat an-Nahl ayat 18).

Terkadang yang disebut nikmat oleh banyak orang adalah rezeki yang sifatnya materi saja, padahal nikmat itu bisa berupa apa saja, bisa kesehatan, dan masih diberikan kesempatan berkumpul dengan orang yang tersayang.

Ibadah menjadi bentuk balasan dalam rasa syukur kepada Tuhan. Tetapi tak sedikit yang meninggalkan ibadah wajib kepada Tuhan hanya karena nikmat yang telah diberikan padanya. Tentu mengherankan hal tersebut bisa terjadi, seakan akan memang lah harus dicabut nikmat tersebut barulah ingat dengan tuhan, atau bahkan jika nikmat itu dicabut, malah mengatakan Tuhan tidak adil. Naudzubillah

Ada baiknya bagi kita semua untuk selalu bersyukur akan nikmat yang diberikan Allah dan lebih peka terhadap apa yang diberikan dan tau rasa Terima kasih dan syukur.

10/09/2023

Pentingnya Menuntut Ilmu

Dalam agama Islam, mencari atau mengejar ilmu dianggap sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap individu, tidak memandang usia, status sosial, atau kekayaan. Pesan pertama yang disampaikan dalam wahyu adalah "iqra," yang artinya "bacalah!" Membaca merupakan langkah awal yang penting dalam meraih pengetahuan, baik sedikit maupun banyak. Banyak ulama menginterpretasikan pesan iqra' ini sebagai panggilan untuk aktif mengejar ilmu.

Ilmu merupakan warisan para nabi yang tentunya sangat penting untuk digali dan dikembangkan dalam rangkat kemanfaat diri dan umat sehingga lebih maju dan lebih dekat denga Sang Pencipta Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Ilmu tidak akan membuat lelah pemiliknya, selalu menjaganya, karena tempat ilmu adalah di dalam hati, sehingga hal itu tidak membutuhkan lemari khusus ataupun kunci spesial untuk menjaganya.

Orang-orang yang terus belajar, apalagi belajar dalam ilmu agama, maka Allah akan memerikan banyak kelebihan-kelebihan kepada mereka yang terus belajar sampai dijuluki ilmuan atau ahli dalam bidang tertentu, di antara kelebihan itu adalah:

1. Dia akan diangkat derajatnya

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

“Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11)

2. Dia akan dimudahkan jalannya ke surga
Surga adalah idaman setiap muslim. Bahkan, menjadi janji dari Allah bagi banyak amalan saleh yang dilakukan oleh umat Islam. Oleh karena itu, menuntut ilmu bisa menjadi salah satu jalan yang bisa kita lakukan untuk menuju surga. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah:

‎وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

3. Dia memiliki pahala yang kekal
Semua orang menginginkan tambahan pahala setelah meninggal. Ilmu yang dimiliki akan menjadikan ilmunya kelak bermanfaat dan bisa menjadi tambahan amal yang kekal apabila diamalkan oleh para murid-muridnya. Hal ini akan didapati bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab, ilmu tersebut bukan hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain. Rasulullah bersabda:

‎إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mau mendoakannya” (HR Muslim no 1631)

Semoga memberikan manfaat keapada para pembaca. Amin.

Sumber: https://www.google.com/amp/s/banten.nu.or.id/amp/ramadhan/pentingnya-menuntut-ilmu-lrUB4

06/09/2023

Inilah Balasan bagi Orang yang Melalaikan Pembayaran Hutang

Dalam Islam, berhutang adalah tindakan yang diperbolehkan dan diatur oleh ketentuan tertentu, asalkan individu yang berhutang memiliki niat dan kemampuan untuk melunasinya. Namun, jika seseorang yang berhutang tidak memiliki niat dan kemampuan untuk membayar, maka ancaman dan peringatan dari Rasulullah saw akan menanti mereka, mulai dari dunia, kematian, alam kubur, hingga akhirat.

Ketika orang itu masih di dunia, Rasulullah saw memperingatkan, melalui hadits berikut ini:

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا، أَدَّاهَا اللهُ عَنْهُ، وَمَنْ أَخَذَهَا يُرِيدُ إِتْلَافَهَا، أَتْلَفَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya,“Siapa saja yang mengambil harta orang lain (berhutang) seraya bermaksud untuk membayarnya, maka Allah akan (memudahkan) melunasinya bagi orang tersebut. Dan siapa saja yang mengambilnya seraya bermaksud merusaknya (tidak melunasinya), maka Allah akan merusak orang tersebut,” (HR. Ibnu Majah).

Para ulama menjelaskan bahwa bagi mereka yang berhutang dengan niat untuk melunasinya, Allah akan membuka jalan kemudahan dalam proses pelunasannya. Di sisi lain, bagi mereka yang berhutang tanpa niat untuk melunasinya, Allah akan membiarkan mereka menghadapi kesulitan dalam kehidupan.

Beratnya dosa orang yang melalaikan hutang, sampai-sampai ia terbunuh dalam keadaan syahid sekalipun, maka dosa hutang tetap tidak terampuni. Demikian sebagaimana yang disebutkan Rasulullah saw.

فِي الدَّيْنِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ رَجُلًا قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، ثُمَّ عَاشَ، ثُمَّ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، ثُمَّ عَاشَ، ثُمَّ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، ثُمَّ عَاشَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَقْضِيَ دَيْنَهُ

Artinya, “Dalam urusan hutang, demi Zat yang menggenggam jiwa Muhammad, seandainya seseorang terbunuh di jalan Allah, kemudian hidup lagi, kemudian terbunuh lagi di jalan Allah, kemudian hidup lagi, kemudian terbunuh lagi di jalan Allah, kemudian hidup lagi, tetapi ia memiliki tanggungan hutang, maka ia tidak akan masuk surga sampai melunasi hutangnya,” (HR. Ahmad).

Pada saat kematiannya, orang yang berhutang tidak mendapat rida Allah swt. Hal itu tercermin dalam sikap Rasulullah saw ketika datang seorang jenazahnya kepadanya untuk dishalatkan. Namun, beliau menolak menshalatkannya. Beliau bertanya, “Apakah sahabat kalian ini memiliki hutang?”

Mereka menjawab, “Iya.”

Beliau bertanya lagi, “Apakah ia meninggalkan sesuatu untuk melunasinya?”

Dijawab oleh mereka, “Tidak.”

Beliau mengatakan, “Shalatkan saja sahabat kalian itu oleh kalian!” Untungnya, ‘Ali bin Abi Thalib menyela, “Biarlah kewajibanku melunasi hutangnya.” Mendengar demikian, beliau berkenan maju dan menshalati jenazah orang tersebut. (HR. al-Bukhari).

Setelah berada dalam kubur, orang yang berhutang juga mengalami penyesalan yang luar biasa, sampai-sampai tangannya terbelenggu di tengkuknya, sebagaimana hadits Rasulullah saw, “Orang yang memiliki hutang, di alam kuburnya, tangannya terbelenggu. Tidak ada yang dapat melepaskannya hingga hutangnya dilunasi.”

Belum lagi di akhirat kelak, orang berhutang juga kebaikannya diambil oleh orang yang menghutanginya, sebagaimana hadits berikut:

مَنِ ادَّانَ دَيْنًا وَهُوَ يَنْوِي أَنْ يُؤَدِّيَهُ أَدَّى الله عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنِ اسْتَدَانَ دَيْنًا، وَهُوَ لَا يَنْوِي أَنْ يُؤَدِّيَهُ فَمَاتَ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: ظَنَنْتُ أَنِّي لَا آخُذُ لِعَبْدِي حَقَّهُ، فَيُؤْخَذُ مِنْ حَسَنَاتِهِ فَيُجْعَلُ فِي حَسَنَاتِ الْآخَرِ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ الْآخَرِ فَجُعِلَتْ عَلَيْه

Artinya, “Siapa saja yang berhutang, seraya berniat untuk melunasinya, maka Allah akan melunasinya dari orang tersebut pada hari Kiamat. Sementara siapa saja yang berhutang, seraya tidak ada niat untuk melunasinya, kemudian ia meninggal, maka pada hari Kiamat, Allah berkata kepadanya, ‘Aku mengira bahwa Aku tidak mengambil haknya untuk hamba-Ku.’ Maka diambillah kebaikan-kebaikannya, lalu diberikan kepada kebaikan-kebaikan yang lain. Setelah tidak ada lagi kebaikan yang bisa diambil, maka keburukan yang lain dilimpahkan kepadanya.” (HR. Ath-Thabrani).

Maksudnya adalah kebaikan orang-orang yang berhutang ditambahkan kepada kebaikan-kebaikan orang yang menghutangi. Setelah kebaikan yang berhutang tidak ada, maka keburukan-keburukan orang yang menghutangi dilimpahkan kepada orang yang berhutang.

Mengingat beratnya ancaman bagi orang yang memiliki hutang, maka syariat juga memberi pahala dan balasasn yang besar kepada si pemberi pinjaman yang rela memberi kelonggaran kepada si peminjam yang mengalami kesulitan melunasi hutang. Terlebih jika ia sampai lapang dada membebaskannya. Dijanjikan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya:

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا، أَوْ وَضَعَ لَهُ، أَظَلَّهُ اللَّهُ فِي ظِلِّ عَرْشِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya, “Siapa saja yang memberi penangguhan kepada orang yang kesulitan membayar hutang, atau membebaskannya, maka Allah akan menaunginya di bawah naungan arasy-Nya pada hari Kiamat. Dalam riwayat lain, disebutkan, ‘....maka Allah akan melindunginya dari panasnya neraka jahanam.’” (HR. Ahmad).

Demikian p**a, ketika memiliki kelapangan hati untuk melunasi hutang orang yang kesulitan. Ia dijanjikan Allah dilepaskan dari tanggungan pada hari Kiamat.

لَيْسَ مِنْ عَبْدٍ مسلم يَقْضِي عَنْ أَخِيهِ دَيْنَهُ إِلَّا فَكَّ اللهُ رِهَانَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya, “Tidaklah seorang hamba muslim melunasi hutang saudaranya, kecuali Allah akan melepaskan tanggungannya pada hari kiamat,” (HR. ad-Daruquthni).

Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa pinjaman yang diberikan kepada orang lain, setiap harinya dinilai sebagai sedekah selama belum jatuh tempo pembayaran. Sementara setelah jatuh tempo pembayaran, maka setiap harinya hutang itu dinilai sebagai sedekah dua kali lipatnya.

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَدَقَةٌ قَبْلَ أَنْ يَحِلَّ الدَّيْنُ، فَإِذَا حَلَّ الدَّيْنُ فَأَنْظَرَهُ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ مِثْلَيْهِ صَدَقَةٌ

Artinya, “Siapa saja yang memberi penangguhan kepada orang yang kesulitan bayar hutang sebelum jatuh tempo pembayaran, maka setiap harinya dianggap sebuah sedekah baginya. Sementara jika sudah jatuh tempo, maka setiap harinya dinilai dua kali lipat sedekah baginya,” (HR. Ahmad).

Para ulama menyebutkan, mengapa pahala memberi pinjaman lebih besar daripada pahala sedekah biasa, sebab utang atau pinjaman yang dilakukan seseorang semata dilakukan atas dasar kebutuhan. Sementara sedekah yang diberikan adakalanya dibutuhkan oleh si penerima adakalanya kurang dibutuhkan.

Meski demikian, dengan kemurahan-Nya, Allah juga memberikan keringanan kepada orang berhutang yang kesulitan membayar hutangnya, selama ketidakmampuannya bukan karena kesengajaan dan kelalaian.

Pada hari Kiamat, Allah akan memanggil hamba yang berhutang, hingga didirikan di hadapan-Nya, lalu ditanya, “Wahai anak Adam, untuk apa engkau mengambil hutang itu, dan untuk apa engkau menyia-nyiakan hak manusia?”

Sang hamba yang berhutang menjawab, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku mengambilnya, tetapi aku tidak memakannya, aku tidak meminumnya, aku tidak memakainya, dan aku menyia-nyiakannya. Hutang itu berada di tanganku karena terbakar, dicuri, atau hilang.”

Allah berfirman, “Hamba-Ku benar, sehingga Aku lebih berhak melunasi hutangmu pada hari ini.” Kemudian, Allah menyeru sesuatu dan menyimpannya pada neraca amal orang itu, sampai timbangan kebaikan-kebaikannya mengungguli keburukan-keburukannya. Lalu Allah memas**an hamba tersebut ke dalam surga berkat rahmat-Nya.” Demikian dalam hadits riwayat Ahmad dan ath-Thabrani, sebagaimana yang dikutip oleh Syekh Zainduddin al-Malaibari dalam Kitab Irsyadul ‘Ibad, halaman 78.

Dari sejumlah hadits di atas, kiranya dapat diambil beberapa kesimp**an berikut:

1. Siapa saja yang berhutang, maka hendaknya memiliki niatan yang baik dan itikad yang kuat untuk melunasinya. Sebab, dengan begitu, Allah akan memberi kemudahan kepadanya.

2. Cukup berat ancaman bagi orang yang melalaikan hutang, baik di dunia, pada saat kematian, pada saat di alam kubur, maupun di akhirat. Agar tidak termasuk orang yang melalaikan hutang, maka di saat kita memiliki hutang dan belum memiliki uang untuk membayarnya, maka tunjukkan itikad baik dan niatan untuk membayarnya, seperti menemui si pemberi pinjaman, menyampaikan permohonan maaf, dan berusaha untuk mengangsurnya jika sudah ada.

3. Oleh karena beratnya ancaman bagi orang yang melalaikan hutang, maka syariat juga memberi balasan yang besar bagi siapa saja yang memberi kelonggaran kepada orang yang berhutang, kepada orang yang membebaskannya, dan juga kepada siapa saja yang melunasi hutang saudaranya.

4. Membayar hutang memang suatu keharusan. Namun sebagai Zat yang maha murah, Allah juga mengetahui siapa saja hamba-Nya yang benar-benar tidak mampu melunasi hutangnya. Sehingga di akhirat, Dia berjanji yang akan melunasinya. Wallahu a’lam.

Sumber : https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/inilah-balasan-bagi-orang-yang-melalaikan-pembayaran-hutang-cqsgE

05/09/2023

Kisah Orang Jahat Diampuni Allah karena Merawat Anak Yatim

Dalam kitabnya Mukasyafatul Qulub, Imam Al-Ghazali pernah mengisahkan bahwa suatu ketika ada seorang pria Basrah yang jahat di masa hidupnya, dan ketika meninggal tidak ada satupun orang yang mau menshalati dan mengantarkan jenazahnya ke tempat pemakaman.

Bahkan sang istripun sampai membayar dua orang untuk memikul jenazah suaminya untuk dibawa ke musholla, agar dishalati. Namun tidak ada seorangpun yang mau menshalati jenazah suaminya tersebut, sehingga sang istripun membawa jenazah suaminya tersebut ke lahan luas untuk dimakamkan.

Namun tak jauh dari lahan luas yang menjadi tempat untuk memakamkan suaminya tersebut, hiduplah seorang ahli ibadah yang rumahnya berada di atas gunung. Sang istri seakan-akan melihat sang ahli ibadah tersebut turun gunung untuk menshalati jenazah suaminya tersebut, yang dicap sebagai orang jahat dan tidak ada yang mau mensholatinya, serta mengantar jenazahnya ke tempat pemakaman.

Sang ahli ibadah yang akhirnya turun gunung, dan berniat untuk menshalati jenazah orang jahat tersebut didengar oleh para penduduk yang sebelumnya tidak mau menshalati jenazah tersebut. Sehingga, kabar tentang turunnya sang ahli ibadah yang berniat untuk mensholati jenazah orang jahat tersebut, didengar oleh para penduduk. Banyaknya para penduduk yang mendengar kabar tersebut, kemudian ikut untuk menshalati jenazah orang jahat itu.

Para penduduk yang selesai menshalati jenazah tersebut merasa heran, dan mempertanyakan apa yang menjadi sebab sang ahli ibadah mau turun gunung untuk menshalati jenazah itu.

Sang ahli ibadah menjawab pertanyaan para penduduk tersebut, bahwasanya, “Aku mendengar dalam mimpiku; turunlah ke si fulan, karena tidak seorangpun yang mau menshalatinya. Maka shalatkanlah, sebab ia telah diampuni oleh Allah SWT”.

Jawaban yang keluar dari mulut sang ahli ibadah semakin membuat para penduduk penasaran, amalan apakah yang telah dilakukan oleh almarhum yang merupakan seseorang yang jahat dalam hidupnya, sehingga semua dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT.

Kemudian sang ahli ibadah tersebut, memanggil istri almarhum dan menanyakan perilaku suaminya semasa hidupnya. Sang istri yang ditanya oleh sang ahli ibadah, menjawab, “Sebagaimana orang-orang ketahui, bahwa almarhum suami saya sehari-harinya hanya berbuat dosa dan selalu mabuk-mabukan”.

Mendengar jawaban tersebut, sang ahli ibadah meyakinkan Istri almarhum untuk mengingat lebih dalam lagi tentang perbuatan almarhum. “Cobalah anda teliti kembali, apakah ada amalan kebaikan yang pernah dilakukannya semasa hidup?”

Istri almarhum kemudian ingat dan menjawab, “Oh ya, saya ingat. Ada tiga amalan kebaikan yang selalu dilakukan oleh almarhum suami saya di masa hidupnya. Pertama, ketika dia sadar dari mabuknya di waktu subuh, dia segera mengganti pakaiannya. Kemudian berwudhu, dan ikut sholat berjama’ah subuh. Kedua, di rumah kami tidak pernah sepi dari satu atau dua anak yatim, dan kebaikan almarhum suami saya terhadap anak yatim melebihi kebaikannya terhadap anaknya sendiri. Ketiga, suatu ketika almarhum pernah sadar dari mabuknya di tengah malam, dia menangis dan berkata; ‘Ya Tuhanku, letak neraka jahannam manakah yang engkau kehendaki untuk meletakkan orang terkutuk sepertiku ini?"

Ketulusan dalam melakukan hal-hal yang kadang dianggap sepele oleh sebagian orang seperti menyantuni anak yatim dan merawatnya, justru malah menjadi pintu ampunan dari Allah SWT bagi para hamba-Nya. Karena Allah SWT tidak memandang seberapa banyak kita beramal, tetapi seberapa istiqomah dan tulusnya kita beramal untuk sesama dan seberapa tulus kita beriman kepada-Nya.

Sumber : https://islam.nu.or.id/hikmah/kisah-orang-jahat-diampuni-allah-karena-merawat-anak-yatim-1GUWa

03/09/2023

Shalat sebagai sarana pembentukan akhlak

Salah satu tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad adalah untuk memperbaiki moral dan perilaku manusia. Rasulullah bersabda :

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.” (HR. Baihaqi).

Akhlak Rasulullah adalah cerminan akhlak yang terdapat dalam Al-Qur'an. Tidak ada makhluk lain yang memiliki akhlak yang lebih mulia daripada Rasulullah. Beliau memberikan teladan yang luar biasa untuk memperbaiki akhlak manusia.

Semua ajaran sunnah yang diberikan oleh Rasulullah bertujuan untuk meningkatkan akhlak. Ini mencakup berbagai bentuk ibadah, termasuk shalat yang tidak termasuk dalam lima waktu wajib, seperti shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tahajud, dan lainnya, yang diajarkan dan dianjurkan oleh Rasulullah.

Shalat itu dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Allah berfirman :

اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al Ankabut: 45).

Dalam sebuah riwayat disebutkan dari Hurairah, ia berkata “Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi. Ia berkata, “Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari namun di pagi hari ia mencuri. Bagaimana seperti itu?” Beliau lantas berkata, “Shalat tersebut akan mencegah apa yang ia lakukan.” (HR. Ahmad).

Seseorang yang konsisten dalam menjalankan shalat akan cenderung menjauhi niat-niat negatif dan perbuatan yang tidak baik. Seseorang yang sebelumnya terperangkap dalam kebiasaan buruk dapat mengubahnya dan meningkatkan akhlaknya dengan menguatkan praktik shalatnya. Shalat menjadi upaya untuk melawan faktor-faktor destruktif dalam diri seseorang.

Shalat adalah ekspresi dari ketaatan kepada Allah. Seseorang yang taat kepada-Nya akan dengan sungguh-sungguh menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Syariat Allah selalu mengandung kebaikan, salah satunya adalah kemampuannya untuk memperbaiki akhlak kita dan menjauhkan dari perbuatan tercela.

Shalat adalah perintah penting dalam Islam, dan keterkaitannya dengan pembentukan akhlak yang baik membuatnya tidak boleh diabaikan. Meninggalkan kewajiban shalat akan meninggalkan bekas dalam diri kita. Jika kita terus-menerus mengabaikan shalat, kita akan merasa semakin ringan untuk meninggalkannya, tanda bahwa kita semakin menjauh dari Allah dan rahmat-Nya. Ini dapat mengarahkan seseorang ke dalam kesesatan tanpa disadarinya.

Sumber :
https://griyayatim.com/perintah-shalat-dan-pembentukan-akhlak/

https://www.google.com/amp/s/banten.nu.or.id/amp/ubudiyyah/mengapa-rasulullah-diutus-JSP1S

https://www.merdeka.com/quran/al-ankabut/ayat-45

Want your school to be the top-listed School/college in Jakarta?

Click here to claim your Sponsored Listing.

Videos (show all)

Qs At - tin
bukan kebetulan .
sedih tanpa sebab?

Location

Category

Website

Address


Jakarta
24434
Other Education in Jakarta (show all)
BINUS University Online BINUS University Online
Jalan Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk
Jakarta, 11530

Menawarkan fleksibilitas metode belajar tanpa terikat tempat dan waktu, lulusan yang berkualitas. Untuk info dan daftar, Nurlela 0812 828 77677

NF COMPUTER NF COMPUTER
Kampus B-1 STT NF Jln. Lenteng Agung Raya No. 20 Srengseng Sawah/Jagakarsa
Jakarta, 12640

Pelopor Pelatihan & Pendidikan IT di Indonesia. Since 1994. Welcome to the Home of IT. your home. your activity. your future.

Beasiswa KSE Beasiswa KSE
Jalan Bank Raya II 14 B, Jakarta Selatan
Jakarta, 12720

Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) didirikan pada tahun 1998 dengan dasar keprihatinan atas gejolak sosial pasca krisis ekonomi di Indonesia. Gagasannya sederhana: membantu mahasiswa yang kurang mampu untuk menyelesaikan studinya dengan beasiswa.

Network Educare Network Educare
Jakarta

We are a reputable education agent based in Jakarta, Indonesia. We can assist your overseas study preparation such as choosing the best university, major and country based on your needs and aspirations

Pustaka Islam Pustaka Islam
Jakarta, 10520

TAMAN KEBENARAN YANG BERPAGAR

LaSalle College | Indonesia LaSalle College | Indonesia
Sahid Office Boutique Unit D/F (Komp. Sahid Jaya Hotel), Jalan Jend. Sudirman Kav. 86
Jakarta, 10220

LaSalle College in Indonesia is an international design college member of the LCI Education network b

DCOptima for Project Portfolio  Management Education - Jakarta, Indonesia DCOptima for Project Portfolio Management Education - Jakarta, Indonesia
Teluk Langsa Raya C9/7
Jakarta

DCOptima was established by Senior Principal Project Management Consultants, who are professionals a

OXFORD UTOMO OXFORD UTOMO
Jalan Kebantenan III No. 3, Semper Timur, Cilincing, North Jakarta
Jakarta, 14130

We provide English Courses, Computer Courses, Baca Tulis "Plus", Accounting, etc click: http://oxfordutomo.blogspot.com/

FORUM ANGGOTA MUDA PERSATUAN INSINYUR INDONESIA FORUM ANGGOTA MUDA PERSATUAN INSINYUR INDONESIA
Jalan Halimun No. 39
Jakarta, 12980

SMA Negeri 24 Jakarta SMA Negeri 24 Jakarta
Jalan Lapangan Tembak No. 1 Senayan
Jakarta, 10270

http://www.facebook.com/profile.php?id=1290452903